METODE DEDAKTIK
Didaktik adalah teori
pembelajaran dan, dalam arti luas, teori dan praktik penerapan pembelajaran dan
belajar. Berbeda dengan
matetik, sebagai ilmu belajar, didaktik hanya merujuk pada ilmu pembelajaran.
Didaktik metodik merupakan disiplin ilmiah yang berupaya menjawab pertanyaan tentang bagaimana
pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dapat diajarkan oleh
guru kepada siswa. Disiplin tersebut diajarkan pada pendidikan pra jabatan untuk guru di tingkat
perguruan tinggi mulai jenjang
sarjana sampai tingkat
doktoral.
Didaktika umum
Dalam didaktika umum dipelajari aturan umum bagi seorang guru untuk dapat mengajar dengan sebaik mungkin dalam suatu bahasan tertentu. Beberapa hal yang secara umum perlu diketahui diantaranya tentang motif anak dalam belajar,
evaluasi dan penilaian, penggunaan
media pembelajaran,
desain pembelajaran, dan
pengelolaan kelas. Dalam hal ini, pendidikan ditunjang oleh
psikologi dan
pedagogi. Selain itu dalam didaktik juga dibahas mengenai berbagai peran guru, antara lain sebagai perancang, pelaku, peneliti, sekaligus sebagai pelajar dalam suatu proses belajar mengajar.
Didaktik khusus
Di sini dipelajari tentang bagaimana mengajarkan suatu materi khusus dengan sebaik-baiknya. Bimbingan tentang waktu dan tempat yang tepat serta persiapan dan pengajaran yang cocok oleh teman sejawat dalam suatu pelatihan merupakan metodologi pengajaran yang digunakan.
Di sini akan dikhususkan dalam pembelajaran PAI, sebagai sarana penguatan pendidikan karakter
A. Hakikat Didaktik Metodik dan Metodologi Pembelajaran
Upaya mempermudah pemahaman tentang kajian dan cakupan metodologi pembelajaran PAI, sebaiknya terlebih dahulu harus dapat dipahami dengan tepat tentang pengertian didaktik, motodik (metodologi), metode, pendekatan, teknik, dan strategi pembelajaran. Untuk itu, berikut ini disajikan secara ringkas tentang istilah-istilah tersebut.
1. Didaktika
Istilah didaktika berasal dari bahasa Yunani didaskein yang memiliki arti pengajaran dan didaktikos bearti pandai mengajar. Dengan demikian kata didaktika pada hakikatnya memiliki pengertian, yaitu ilmu yang membicarakan tentang tatacara menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik dengan prinsip didaktik sehingga peserta didik dapat menguasai materi ajar tersebut. Dalam kata lain didaktika juga mengandung pengertian tentang ilmu mengajar yang harus dikuasai oleh guru dan tata cara belajar peserta didik. Kata didaktika juga mengandung dua aktivitas inti dalam pembelajaran, yaitu; pertama aktivitas mengajar yang dilakukan guru dan aktivitas belajar yang dilakukan peserta didik.
Prinsip didaktika yang sering dikemukakan adalah motivasi, aktivitas, peragaan, individualitas, apersepsi, lingkungan, korelasi, dan konsentrasi atau integrasi. Jadi aktivitas mengajar yang dilakukan guru haruslah didasari oleh prinsip didaktika yang tepat sehingga dapat memfasilitasi belajar peserta didik secara tepat pula.
Didaktik umumnya dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu; didaktik umum dan didaktik khusus. Pertama, dimensi didaktika umum memberi prinsip-prinsip yang umum yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran (yakni motivasi, peragaan, dan lain-lain) agar peserta didik dapat menguasainya. Prinsip tersebut berlaku sama untuk semua mata pelajaran baik cakupan mata pelajaran PAI, ilmu sains, ilmu alam, ilmu humaniora, antropologi, psikologi, dan bidang ilmu lain.
Kedua, didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan mata pelajaran tertentu di mana prinsip didaktika umum digunakan. Didaktik khusus digunakan guru untuk mengajar mata pelajaran tertentu, artinya setiap mata pelajaran memiliki didaktika tersendiri, berbeda dengan mata pelajaran lain. Misalnya mata pelajaran akidah akhlak berbeda cara mengajar dengan mata pelajaran al-Qur’an dan hadis, matematika serta biologi, begitu pula cara belajar.
2. Metodik
Istilah metodik berasal dari bahasa Yunani, yaitu metha berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Metodik berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Atau dengan perkataan lain; metodik ialah, ilmu tentang cara yang harus dilalui dalam proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya; metodik membaca, metodik menghitung, dan metodik menulis dan sebagainya. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami pada hakikatnya motodik merupakan satu cabang ilmu yang berkaitan dengan tata cara yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Sama halnya dengan didaktik, metodik juga dilihat dari dua dimensi, yaitu; pertama, metodik umum membicarakan cara mengajar pada tiap mata pelajaran pada umumnya, seperti: cara mengajar Agama, Bahasa, Sejarah, Ilmu Pengetahuan Alam dan sebagainya. Di dalam ilmu itu dibicarakan berbagai metode mengajar yang dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran. Kedua, metodik khusus membicarakan bagaimana menyajikan bahan pelajaran tertentu kepada peserta didik tertentu. Misalnya metodik khusus mengajarkan Agama di SD, berbeda degan di SLTP, berbeda pula dengan di SMA, dan berbeda lagi dengan di Perguruan tinggi.
Suatu hal penting perlu dipahami bahwa terdapat hubungan antara didaktika dan metodik. Hubungan tersebut terdapat pada kesiapan guru pada saat berlangsung kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut hubungan tersebut diperjelas oleh Zakiah bahwa, jika diformulasikan maka didaktik itu bergerak dalam lingkaran penghidangan bahan pelajaran sewaktu pelajaran sedang berlangsung. Sementara metodik bergerak di dalam lingkaran penyediaan jalan atau siasat yang akan ditempuh.
Proses pembelajaran akan terlaksana dengan efektif, tentu harus diawali dari penentuan metode mengajar yang tepat dan perencanaan aktivitas pembelajaran yang relevan dengan metode tersebut, sehingga mampu membantu peserta didik melakukan aktivitas belajar sesuai dengan aktivitas belajar yang telah direncanakan dalam program pembelajaran atau RPP.
3. Metode
a. Pengertian metode
Metode, dalam bahasa Arab disebut dengan istilah thariqah memiliki arti cara atau strategi untuk melakukan suatu pekerjaan. Sebagaimana dijelaskan Ramayulis bahwa bila dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Selanjutnya terdapat pula pengertian lain, metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai suprasistem. Sedangkan teknik pendidikan Islam adalah langkah-langkah konkret pada waktu seorang pendidik melaksanakan tugas pengajaran di kelas. Muhammad Athiyah al-Abrasyi sebagaimana dikutip oleh Sulaiman mengartikan motode sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta didik. Abd Aziz juga sebagaimana dikutip Sulaiman mengartikan metode dengan cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta pada ilmu, guru dan sekolah.
Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan guru dalam melaksanakan hubungan interaksi edukatif dengan peserta didik tepatnya pada saat proses pembelajaran berlangsung. Secara konkret metode mengajar dapat disebutkan sebagai seperangkat cara, strategi, dan teknik mengajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan atau kompetensi tertentu yang harus dicapai sebagaimana termuat pada silabus atau RPP.
b. Penggunaan metode mengajar
Metodik umum atau metodologi pengajaran membicarakan atau menjelaskan berbagai kemungkinan metode mengajar yang dapat digunakan pendidik dalam memfasilitasi aktivitas belajar-mengajar di kelas. Guru pada hakikatnya bisa saja memilih dan menggunakan metode mengajar yang ada relevansinya dengan materi pelajaran yang disajikan, misalnya; ceramah, tanya jawab, metode simulasi, diskusi, dan lain-lain.
Penggunaan metode mengajar yang digunakan guru haruslah berdasarkan pertimbangan yang tepat sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal. Adapun pertimbangan tersebut, adalah:
1) Keadaan peserta didik yang mencakup pertimbangan tingkat kecerdasan, kematangan, dan perbedaan individu.
2) Tujuan yang hendak dicapai; jika tujuannya pembinaan ranah kognitif maka metode drill kurang tepat digunakan.
3) Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas atau situasi lingkungan.
4) Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi metode yang akan digunakan.
5) Kemampuan pengajar tentu menentukan.
6) Sifat bahan pengajaran.
Memahami secara tepat terhadap metode mengajar haruslah dilakukan oleh pendidik, sehingga metode tersebut berimplikasi terhadap keaktifan peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar PAI. Langgulung sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir, menjelaskan penggunaan metode mengajar didasarkan tiga pokok pertimbangan, yaitu:
1) Sifat-sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah.
2) Berkenaan dengan metode-metode yang betul-betul berlaku yang disebutkan dalam al-Qur’an atau disimpulkan dari padanya.
3) Membicarakan tentang pergerakan (motivasi) dan disiplin dalam istilah al-Qur’an disebut ganjaran (shawab) dan hukuman (‘iqab).
Hakikat metode mengajar adalah memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik berdasarkan minat, dorongan usaha kerja sama dalam kegiatan belajar-mengajar, dan pencapaian prestasi belajar. Selanjutnya aliran filsafat progresivisme merekomendasikan agar pendidik menggunakan metode mengajar yang berorientasi pada partisipasi keaktifan peserta didik guna memfasilitasi dan menghargai kemampuan berpikir peserta didik. Adapun metode tersebut adalah:
a) Metode belajar aktif. Metode pendidikan progresif lebih berupaya menyediakan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
b) Metode memonitor kegiatan belajar. mengikuti proses kegiatan-kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan tertentu bila diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Bantuan yang diberikan sebagai campur tangan dari luar diusahakan sedikit mungkin.
c) Metode penelitian ilmiah. Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep, sedangkan metode pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah-masalah kritis.
d) Chill centered (pendidikan berpusat pada anak). Pendidikan progresif menganut prinsip pendidikan yang berpusat pada anak. Anak merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan.
Freudenthal dalam Sugeng, menjelaskan bahwa pembelajaran itu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga peserta didik seolah-olah menemukan kembali (reinvent) konsep-konsep itu. Peserta didik harus aktif melakukan refleksi, abstraksi, formalisasi dan aplikasi.
Pendidikan barat sangat menekankan pada penerapan metode chill centered dianggap cukup ampuh untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi berpikir dan penghargaan kebebasan individu. Penggunaan metode ini mengacu pada kepentingan peserta didik, sedangkan pendidik lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, dan instruktur dalam kelas. Sementara aspek karakter dan moral peserta didik kurang tersentuh dalam proses pembelajaran. Efeknya dalam bermasyarakat peserta didik menampilkan perilaku yang tidak terpuji.
Terdapat perbedaan yang mendasar antara metode pendidikan Islam dengan metode pendidikan barat yang dianggap sebagai metode pendidikan modern. Metode pendidikan Islam sangat menghargai kebebasan individu, selama kebebasan itu sejalan dengan fitrahnya, sehingga seorang pendidik dalam mendidik tidak dapat memaksa peserta didiknya dengan cara yang bertentangan dengan fitrahnya. Akan tetapi sebaliknya pendidik dalam membentuk karakter peserta didiknya, tidak boleh duduk diam sedangkan peserta didiknya memilih jalan yang salah.
Sejalan dengan konsep pendidikan modern dan masih sangat relevan digunakan terhadap pendidikan karakter atau moral, yaitu metode pembiasaan. Hal sesuai dengan pandangan Al-Ghazali dalam Arifin, tentang pentingnya pembiasaan melakukan suatu perbuatan sebagai metode pembentukan akhlak yang utama, terutama karena pembiasaan itu dapat berpengaruh baik terhadap jiwa manusia, yang memberikan rasa nikmat jika diamalkan sesuai dengan akhlak yang telah terbentuk dalam dirinya. Jika peserta didik telah memiliki akhlak yang baik maka ia akan tampil sebagai sosok masyarakat yang anggun dan santun.
c. Prinsip metode pembelajaran
Metode pengajaran memiliki kedudukan penting dan strategis terhadap keberhasilan pengajaran. Oleh sebab itu, idealnya setiap guru PAI dapat menguasai metode mengajar dengan profesional. Perlu diketahui bahwa setiap metode yang digunakan tentu memiliki prinsip tertentu, terutama sekali terhadap keberhasilan pembelajaran.
Prinsip pada dasarnya menyangkut dengan asas atau dasar pemikiran, dalam hubungannya dengan metode pembelajaran PAI, prinsip yang dimaksud dalam hal ini adalah dasar pemikiran yang digunakan dalam mengimplementasi metode pendidikan Islam. Adapun prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh setiap metode dapat dilihat pada uraian berikut:
1) Metode tersebut harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri. Artinya metode yang digunakan tersebut haruslah dapat memancing peserta didik untuk belajar lebih mandiri, dan melakukan kegiatan belajar secara mandiri.
2) Metode tersebut harus dimanfaatkan hukum pembelajaran. Kegiatan metode dalam pembelajaran berjalan dengan cara tertib dan efisien sesuai dengan hukum-hukum yang mengatur pengoperasiannya. Hukum dasar menyangkut kesiapan, latihan dan akibat, harus dipertimbangkan dengan baik dalam segala jenis pembelajaran. Pengajaran yang baik memberi kesempatan terbentuknya motivasi, latihan, peninjauan kembali, peneliti dan evaluasi.
3) Metode tersebut harus berawal dari apa yang sudah diketahui peserta didik. Manfaatkan pengalaman lampau peserta didik yang mengandung unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur materi pembelajaran yang dipelajari akan melancarkan pembelajaran. Hal tersebut dapat dicapai dengan semangat baik melalui korelasi dan pembandingan. Pembelajaran akan dipermudah apabila yang memulainya dari apa yang sudah diketahui peserta didik.
4) Metode tersebut harus didasarkan atas teori dan praktik yang terpadu dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran. Ilmu tanpa amal (praktik) seperti kaya tanpa buah.
5) Metode tersebut harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual dan menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan ciri-ciri pribadi seperti kebutuhan, minat serta kematangan mental dan fisik.
6) Metode harus merangsang kemampuan berpikir dan nalar para peserta didik.
7) Metode harus disesuaikan dengan kemajuan peserta didik dalam hal keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, gagasan, dan sikap peserta didik, karena semua ini merupakan dasar dalam psikologi perkembangan.
8) Metode tersebut harus menyediakan bagi peserta didik pengalaman-pengalaman belajar melalui kegiatan belajar yang banyak dan bervariasi. Kegiatan-kegiatan yang banyak dan bervariasi tersebut diberikan untuk memastikan pemahaman.
9) Metode tersebut harus menantang dan memotivasi peserta didik ke arah kegiatan-kegiatan yang menyangkut proses diferensiasi dan integrasi. Proses penyatuan pengalaman sengat membantu dalam terbentuknya tingkah laku terpadu. Ini paling baik dicapai melalui penggunaan metode pengajaran terpadu.
10) Metode tersebut harus memberi peluang bagi peserta didik untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Dan memberi peluang pada pendidik untuk menemukan kekurangan-kekurangan agar dapat dilakukan perbaikan dan pengayaan (remedial dan unrichmeint).
11) Kelebihan suatu metode tersebut dapat menyempurnakan kekurangan/kelemahan metode lain. Metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode eksperiment, metode diskusi, dan metode proyek, kesemuanya dapat digunakan untuk mendukung metode ceramah, kenyataan yang diterima secara umum bahwa metode yang baik merupakan sintesa dari banyak metode atau prosedur. Hal ini didasarkan atas prinsip bahwa pembelajaran terbaik terjadi apabila semakin banyak indera yang dapat dirangsang.
12) Satu metode dapat dipergunakan untuk berbagai jenis materi atau mata pelajaran, satu materi atau mata pelajaran memerlukan banyak metode.
13) Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis. Sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya monoton dan identik dengan satu macam saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan pas dengan materi, multi kondisi peserta didik, saran dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu.
Al-Qur’an banyak mengemukakan prinsip-prinsip metode Pendidikan Islam yang secara umum terdapat dalam firman Allah swt QS Al-Nahl:
Artinya:
Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (cara bijaksana) dan pengajaran yang baik, serta berdebatlah dengan mereka secara baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalannya dan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al-Nahl: 125).
Ada tiga prinsip umum metode pendidikan Islam yang terdapat pada ayat di atas, yaitu: (1) al-Hikmah, (2) al-Mau’izah al-Hasanah, dan (3) al-Mujadalah. Al-Qur’an menuntut agar pendidikan dilaksanakan dengan penuh kebijaksanaan, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan serta memperhatikan kemungkinan perbedaan peserta didik dengan penuh lemah lembut dan kasih sayang.
Hadis Nabi Muhammad saw, juga banyak terkandung metode pembelajaran yang dicontohkan. Salah satunya adalah hadis berikut:
يسروا ولاتعسروا بشروا ولا تنفروا
Atinya:
Mudahkanlah dan jangan kamu mempersulit. Gembirakanlah dan janganlah kamu membuat mereka lari. (H. R. Bukhari, Kitab al-ilm. No. 67).
Hadis tersebut mengisyaratkan kepada pendidik agar mengelola pembelajaran PAI dengan menarik dan menyenangkan, jangan sampai metode pembelajaran yang digunakan dapat mempersulit aktivitas belajar peserta didik, namun sebaliknya metode tersebut hendaklah dapat mempermudah, merangsang dan memotivasi aktivitas belajar peserta didik.
Al-Fattah Abu Ghuddah dalam Salafudin, telah menemukan 40 strategi pembelajaran yang secara tersirat dicontohkan oleh Rasulullah saw. Di antaranya adalah metode keteladanan dan akhlak mulia, metode pembelajaran secara bertahap, metode pembelajaran dengan memperhatikan situasi, dan kondisi peserta didik, metode tamsil, metode isyarat, metode diskusi, metode partisipatoris dan metode tanya jawab. Metode-metode tersebut mengisyaratkan pula kepada pendidik PAI agar dapat menggunakan variasi metode mengajar untuk menciptakan pembelajaran PAI yang menarik dan menyenangkan.
d. Dasar metode pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu, dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu di antaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
1) Dasar agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara agama Islam merujuk pada al-Qur’an dan hadis. Untuk itu, dalam pelaksanaannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efisien yang dilandasi nilai-nilai al-Qur’an dan hadis.
2) Dasar biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu, dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3) Dasar psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karenanya metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu, seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
4) Dasar sosiologis. Saat pembelajaran berlangsung ada interaksi antara peserta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak menggunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
4. Pendekatan, Teknik dan Strategi Pembelajaran
Suyono dkk, menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Contoh pendekatan lingkungan, ekspositori dan heuristik, kontekstual, konsep, keterampilan proses, deduktif, induktif, pendekatan sains lingkungan teknologi masyarakat, dan seterusnya.
Sementara strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan peserta didik, pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar dan penilaian (asesmen) agar pembelajaran lebih efektif dan efisien sesuai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Strategi pembelajaran erat kaitannya dengan teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah implementasi dari metode pembelajaran yang secara nyata berlangsung di dalam kelas, tempat terjadinya proses pembelajaran. Teknik pembelajaran merupakan suatu yang menyangkut pengertian lebih sempit. Hubungan antara metode dengan teknik dapat diumpamakan sebagai hubungan antara strategi dan teknik. Teknik pembelajaran menerapkan berbagai kiat, atau taktik untuk memenuhi tujuan atau kompetensi yang diinginkan, bersifat lebih taktis dan merupakan penjabaran dari strategi. Demikian hubungan strategi dan tenik pembelajaran.
5. Metodologi Pembelajaran PAI
Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata; metodos berarti cara atau jalan, dan logos yang berarti ilmu. Metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara. Jika dihubungkan dengan pembelajaran, maka mengandung arti suatu cara atau langkah yang dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi tertentu.
Zakiah menjelaskan, bahwa metodik (methodentic) memiliki arti yang sama dengan metodologi (metodology), yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian. Menurut Asmuni Syukir dalam Armai, metodologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.
Sementara pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam belajar agama Islam. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa pada hakikatnya metodologi pembelajaran PAI memiliki pengertian sebagai suatu ilmu yang membicarakan tentang cara, strategi, langkah atau siasat yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran dalam rangka penyampaian materi atau bahan yang bersumber dari mata pelajaran PAI dengan sasaran agar peserta didik dapat menguasai materi PAI tersebut sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
Amstrong dalam Tuti menjelaskan, Kegiatan pembelajaran lebih efektif apabila guru dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan metodologis dengan menggiring peserta didik melalui proses belajar secara bermakna. Pola pembelajaran dapat dikembangkan melalui berpikir kreatif, yaitu proses pembelajaran yang melibatkan kemampuan dalam discovery, inovasi, imajinasi, dan eksplorasi.
Kemampuan pendidik menguasai metodologi dalam melaksanakan tugas mengajarnya penting untuk kesuksesan pembelajaran PAI. Hal ini disebabkan mengajar PAI sangat berbeda dengan mengajar mata pelajaran umum, sehingga pendidik dituntut untuk mendalami dan menguasai metodologi pembelajaran PAI.
B. Lingkup Metodologi Pembelajaran PAI
Lingkup metodologi pembelajaran pada daranya sangat luas, yaitu mencakupi semua kajian sistem pembelajaran. Bila dihubungkan dengan metodologi, pembelajaran PAI merupakan suatu komponen saling terkait satu sama lain yang tak dapat dipisahkan, atau disebut juga pembelajaran PAI merupakan sebuah sistem di dalamnya terdapat komponen berupa; perencanaan, bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, alat/media pembelajaran, dan evaluasi. Kelima komponen tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, Gaffar menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Perencanaan pembelajaran merupakan suatu perangkat yang harus dilakukan pendidik sebelum melakukan kegiatan mengajar.
Perencanaan pembelajaran memiliki fungsi sebagai format dan panduan dalam PBM yang disusun secara sengaja oleh pendidik untuk memberi bantuan belajar kepada peserta didik. Apa yang hendak dicapai peserta didik dituangkan dalam tujuan belajar, dipersiapkan bahan apa yang harus dipelajari, dipersiapkan juga metode pembelajaran, yaitu sesuai dengan cara peserta didik mempelajarinya, dan pada akhirnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik. Penjelasan ini memberi gambaran bahwa kegiatan belajar yang dilaksanakan secara sengaja dipersiapkan dalam bentuk perencanaan pengajaran. Persiapan pengajaran ini sebagai kegiatan integral dari proses pembelajaran di sekolah.
Penyusunan program pembelajaran dapat dibedakan menjadi program tahunan, program semester, program mingguan dan program harian. Program tahunan merupakan rencana pembelajaran yang disusun untuk setiap mata pelajaran yang berlangsung selama satu tahun ajaran pada setiap mata pelajaran dan kelas tertentu yang disusun menjadi bahan ajar. Untuk mencapai target dan tujuan yang ditetapkan, maka secara teknis dan operasional dijabarkan dalam program mingguan dan juga harian. Lebih rinci lagi secara operasional perencanaan pembelajaran tersebut disusun oleh pendidik yang disebut dengan silabus dan RPP.
2. Bahan pembelajaran
Bahan pembelajaran pada hakikatnya materi ajar yang diberikan pendidik kepada peserta didik pada saat berlangsung PBM. Djamarah, menjelaskan bahwa bahan pembelajaran merupakan substansi yang akan disampaikan dalam PBM. Tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didik.
Tresna mengatakan, bahan pelajaran dapat diorganisasikan dan diurutkan dengan berbagai cara yang dinginkan. Misalnya apakah:
a. Dimulai dari fakta yang telah dikenal menuju kepada fakta baru.
b. Mulai dari proses permulaan sampai kepada kesimpulan.
c. Mengikuti urutan kronologis waktu.
d. Mulai dari yang sederhana, hafalan atau pemahaman, menuju kepada yang kompleks, atau kepada manipulasi yang lanjut.
e. Mulai dari yang konkret, satuan pelajaran yang spesifik menuju kepada arah pemahaman abstrak, pemecahan masalah dan penalaran yang rumit.
f. Mulai dari fakta, perincian, pengamatan menuju kepada konsep, prinsip, dan perumusan lanjut seperti dalam metode belajar induktif.
g. Mulai dari prinsip dan perumusan menuju fakta, pengamatan, dan penerapan seperti dalam metode belajar deduktif?
Semua dapat diformulasikan dalam penjelasan dan bahasan yang jelas, kemudian diproyeksikan untuk mencapai tujuan instruksional pembelajaran dengan bahan atau materi pembelajaran tersebut.
3. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif. Setiap pendidik, untuk melaksanakan tugas mengajar dengan efektif memerlukan pengalaman yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan.
Strategi mengajar yang dipilih pendidik haruslah disesuaikan dengan kemampuan, tujuan, dan dapat menyenangkan peserta didik, sehingga peserta didik lebih aktif. Oleh karena demikian, pendidik PAI dituntut memiliki kemampuan terhadap komponen-komponen pembelajaran (perencanaan, tujuan, metode, strategi, media, dan evaluasi). Dengan kata lain, untuk kelancaran proses pembelajaran dalam kelas pendidik harus memiliki taktik mengajar yang dapat digunakan terhadap praktik mengajar dalam kelas.
4. Media pembelajaran
Media disebut juga dengan alat, yaitu sarana yang dapat mendukung terhadap PBM. Media pembelajaran disebutkan sebagai alat yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pemikiran, perasaan dan kemajuan audies (peserta didik) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar. Media tersebut akan berfungsi dengan efektif bila dikelola oleh pendidik yang profesional dalam memanfaatkan media untuk meningkatkan minat belajar dan mempermudah peserta didik melakukan aktivitas belajar serta memahami materi pelajaran.
5. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Secara umum fungsi evaluasi atau penilaian hasil belajar yang dilakukan dalam PBM, yaitu:
a. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar menurut TPU dan TPK.
b. Untuk mengetahui kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik atau yang tidak dimilikinya.
c. Untuk mengetahui dan memperbaiki cara-cara belajar.
d. Untuk menumbuhkan motivasi belajar.
Secara metodologis, evaluasi yang dimasuk bukan hanya evaluasi penilai hasil belajar, namun termasuk juga evaluasi proses yang menekankan pada aspek penilaian pengelolaan pembelajaran. Evaluasi proses mencakupi; evaluasi keefektifan strategi pembelajaran, media pembelajaran, cara mengajar, minat, dan sikap peserta didik serta cara belajar.
C. Urgensi Metodologi Pembelajaran PAI
Metodologi pembelajaran PAI memiliki nilai manfaat atau kegunaan bagi pendidik. Kemampuan pendidik dalam menguasai metodologi pembelajaran sangat membantunya terhadap pengelolaan pembelajaran PAI pada Madrasah atau sekolah. Omar Muhammad al-Toumy al-Saibani dalam Armai menjelaskan, kegunaan metodologi pembelajaran PAI adalah sebagai berikut:
1. Untuk menolong peserta didik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan berpikir yang logis dan sistematis.
2. Membiasakan peserta didik berpikir sehat, rajin, sabar dan teliti dalam menuntut ilmu.
3. Memudahkan pencapaian proses belajar mengajar (PBM) sebagaimana yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Untuk menciptakan suasana proses belajar mengajar (PBM) yang kondusif, komunikatif dan terciptanya hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik, sehingga pada akhirnya bermuara kepada pencapaian tujuan pembelajaran.
Urgensi lain dari metodologi pembelajaran PAI adalah sebagai berikut:
a. Memberikan wawasan kepada calon guru/guru tentang cakupan garapan metodologi pembelajaran PAI.
b. Dapat memfasilitasi pelaksanaan pembelajaran (PBM) dengan optimal.
c. Mempermudah bagi guru dalam memformulasikan pelajaran PAI kepada peserta didik.
d. Menciptakan iklim pembelajaran PAI yang menarik.
e. Motivasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran PAI.